3 Aspek Untuk Memahami Kalau Kita Optimis atau Pesimis

#EdFunFact Lewat ilmu psikologi ini, kita bisa melihat tanda optimistis dan pesimistis pada diri.

Dua kata ini pasti sudah tidak familiar lagi di telinga kita, karena dua kata ini sering dihubungkan dengan kesuksessan seseorang. Di dalam pergaulan, keluarga, atau mungkin juga di bangku-bangku pendidikan, kita tentu sering mendengar istilah 'optimis' dan 'pesimis'.

Secara sederhana, optimis adalah seseorang yang  cenderung mampu melihat sebuah harapan, walau dalam masalah sekalipun. Kendati demikian, bagaimana sebenarnya sifat tersebut berlangsung pada diri kita? adakah tanda-tandanya yang dapat kita pahami? 

Dalam ilmu psikologi Explanatory Style, ada 3 aspek yang dapat menunjukan tanda sifat optimistis atau pesimistis seseorang. Hal ini berkaitan dengan cara seseorang ketika merespon masalah atau peristiwa tidak menyenangkan yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang aspek-aspek tersebut!

1. Permanence. Sang optimis memandang masalah sebagai hal yang sementara

3 Aspek Untuk Memahami Kalau Kita Optimis atau Pesimissource

Aspek permanence  ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang jangka waktu sebuah masalah. Cara seseorang melihat masalah atau hal buruk yang menimpanya berdasarkan "jangka waktu" masalah tersebut, dapat menunjukan tanda optimistis dan pesimistis. 

Ketika dihadapkan dengan masalah, sang pesimis akan melihatnya sebagai hal "abadi", dalam pikiran maupun ucapannya. Hal ini ditandai dengan munculnya kata dalam ungkapannya yang bermakna permanen. Misalnya:

"Aku selalu dipandang buruk oleh orang tua kekasihku."

"Aku terus menerus disakiti olehnya."

Sedangkan, sang optimis akan bersikap sebaliknya, yaitu memandang masalah atau hal buruk sebagai hal yang temporer, dengan ditandai munculnya ungkapan yang mengandung kata bermakna "sementara".

"Aku terkadang dipandang buruk oleh orang tua kekasihku."
"Ada kalanya aku disakiti olehnya."

2. Pervasiveness. Sang optimis memandang masalah atau peristiwa buruk yang menimpanya secara "spesifik" atau kecil.

3 Aspek Untuk Memahami Kalau Kita Optimis atau Pesimissource

dm-player

Aspek pervasiveness  ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang ruang lingkup masalah yang dialaminya. Cara seseorang melihat bentuk atau ukuran masalah atau hal buruk yang dialaminya, dapat menunjukan tanda optimistis dan pesimistis. 

Ketika dihadapkan dengan peristiwa buruk (masalah), sang pesimis akan melihat masalah tersebut secara universal (besar). Hal ini ditandai dengan munculnya ungkapan dalam pikiran maupun ucapannya, misalnya:

"Mengapa aku gagal dalam berdagang. "

"Hari ini tidak ada yang tertarik dengan barang daganganku."

Sedangkan sang optimis akan memandangnya dengan sebaliknya, yaitu mampu melihat masalah yang dialaminya secara spesifik (kecil) . Hal ini ditandai dengan munculnya ungakapan dalam pikiran mau pun ucapan sebagai berikut:

"Mengapa aku gagal dalam bisnis jual ikan. " 

"Hari ini tidak ada yang tertarik dengan barang daganganku yang kemasannya kusam."

3. Personalization. Sang optimis memandang masalah atau hal buruk yang menimpanya terjadi karena faktor eksternal atau bersumber dari luar dirinya.

3 Aspek Untuk Memahami Kalau Kita Optimis atau Pesimissource

Aspek personalization ini berkaitan dengan cara seseorang memandang penyebab suatu masalah atau peristiwa buruk yang dialaminya. Ketika dirundung masalah, atau peristiwa yang tidak menyenangkan, respon dan cara pandang seseorang mengenai sumber penyebab masalah tersebut menunjukan tanda apakah ia optimis atau pesimis.

Sang pesimis akan memandang hal buruk terjadi karena faktor internal, atau bersumber dari dirinya sendiri. Hal tersebut ditandai dengan ungkapan dalam benak atau ucapan, misalnya sebagai berikut:

"Aku tidak mendapat penghargaan prestasi karena nilai rapotku buruk."

"Aku tidak diterima di kampus itu karena aku bodoh."

Sedangkan sang optimis memandang masalah atau hal buruk yang menimpanya terjadi karena faktor eksternal atau bersumber dari luar dirinya. Hal tersebut ditandai dengan ungkapan dalam benak atau ucapan, misalnya seperti ini:

"Aku tidak mendapat penghargaan prestasi karena nilai fisika dan kimiaku buruk."

"Aku tidak diterima di kampus itu karena saingan yang begitu banyak."

Nah, seperti itulah 3 aspek untuk melihat apakah kita optimis atau pesimis. Jadi, ayo kita cek lagi cara berpikir kita terhadap suatu masalah atau peristiwa tidak menyenangkan yang kita alami. Jangan sampai kita salah dalam memandang dan merespon masalah itu, supaya kita jadi terbiasa berlaku optimistis.

Jadi, mengukur dari tiga aspek di atas, kira-kira kamu itu seorang optimis atau pesimis?

Sumber wacana:
http://positivepsychologynews.com/news/doug-turner/2007011536
https://positivepsychologyprogram.com/explanatory-styles-optimism/

Phenomena Watcher Photo Verified Writer Phenomena Watcher

A man. Rare information catcher. Say to me in : https://www.instagram.com/pemantix

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya