#MahakaryaAyahIbu: Di mana Letak Kebahagiaan Bapak dan Ibu Berada, Di Situ Juga Hatiku Berada

Di mana letak kebahagiaan bapak dan Ibu berada, disitu juga hatiku berada.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Aku sedang dalam perjalanan kembali ke tempat perantauanku. Tempat di mana aku telah 4 tahun kuliah dan akan kembali untuk mengejar passion yang menjadi sumber pencaharian. Jalanan sangat bising, macet, dan penuh kejutan. Iya, penuh kejutan dengan jalan yang berlubang-lubang dan bus yang mogok begitu lama.

Rasa mual menyergap, emosiku tidak stabil tetapi ada  beberapa bayangan yang membentuk beberapa frame di kepalaku. Bayangan tentang kebahagiaan keluargaku.  Bapak, Ibu dan 2 orang kakakku perempuan dan 2 orang kakakku laki-laki tersenyum, saling merangkul, bersenda gurau dan berjuang bersama menghadapi masalah. Seandainya?

Ayah sudah lama terkena penyakit kanker  usus besar dan sedang dirawat di rumah sakit selama 1 tahun lebih. Kata dokter ayah terlalu banyak minum minuman keras, merokok dan pola makan yang tidak sehat. Aku sangat sedih, tetapi aku berusaha tetap tegar karena Ibu. Ibuku tetap setia bersama bapak. Bukan hanya menjaga bapak  Ibu juga berjuang untuk memcari sumber dana. Terkadang aku melihat ibu menangis sendirian tetapi bisa berdiri tegar jika sedang bersama kami anak-anaknya dan di depan bapak juga. “Ibu Ayah, hatiku hancur”.

dm-player

Penyakit Bapak lama-lama semakin parah, utang semakin banyak, Ibu sering mengambil cuti dari sekolah tempatnya mengajar. Satu lagi yang belum kuceritakan, ketidakpeduliaan, eh bukan ketidakpekaan abang dan kakakku membuat keluarga kami semakin menyiksa batinku. Mereka tidak paham akan kondisi keluarga saat ini. Broken Home? Ahh.. aku tidak berani menjawabnya dan mendefisinikan kehidupan keluargaku sebenarnya saat ini. Yang aku tahu Sang Pencipta mempunyai alasan dan tujuan menjadikan keluarga kami seperti ini. Aku harus bersyukur.

Aku tidak ingin mereduksi kata ‘syukur’ seperti yang orang kebanyakan lakukan. Bersyukur tapi diam. Pasrah dan menjadikan ini hanya sebuah takdir dari Sang Pencipta. Hanya memberi dukungan dan berusaha seadanya.  Memandang kehidupan seperti mural usang di gedung yang hampir roboh. Aku akan mempersembahkan mahakarya kokoh tidak tertandingi kepada keluargaku terkhusus juga buat Ibu dan Bapak.

Selama 4 tahun kuliah dan mengambil gelar Sarjana dari jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan aku tidak hanya belajar, aku menjadi asisten dosen dan mengambil beasiswa. Bukan hanya hardskill saja, aku juga mengambil magang di perusahaan makanan, aktif berorganisasi dan stravelling kemana-mana mengeksplor produk makanan lokal dan organik di daerah-daerah Indonesia. Itu semua ternyata bermuara pada satu hal yaitu entrepeneur.

Ayah yang sedang sakit dan Ibu yang masih berjuang demi Ayah dan kelansungan hidup kami. Ijinkan aku tetap berkarya dan memberi makna pada hidup ini. Aku akan magang di perusahaan Internasional ekspor makanan  untuk beberapa bulan. Belajar dan mengaplikasikan ilmu yang kudapat untuk merintis usaha baru di bidang ekspor makanan. Aku ingin sukses dari bisnis ini.  

Aku akan menunjukkan sebuah mahakarya itu, memberi tempat perawatan yang lebih baik untuk mempercepat kesembuhan ayah. Tidak adas yang mustahil bukan? Memberi ruang relaksasi kepada Ibu yang selama ini selalu memiliki banyak beban pikiran. Mengajaknya jalan-jalan ke luar negeri, Asia Tenggara dulu. Mungkin Singapura, yang paling sering didengarnya dari kawan-kawannya selama ini. Untuk abang kakakku aku akan mengajak mereka berkolaborasi mengembangkan bisnis ini.

Bagiku mahakarya itulah yang bisa kupersembahkan kelak kepada kalian. Tapi aku sadar mahakarya kokoh tak tertandingi adalah mencari di mana kebahagiaan Bapak dan Ibu berada di situ hatiku berada.

ayu Lumbantoruan Photo Writer ayu Lumbantoruan

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya