#MahakaryaAyahIbu: Mahakarya yang Tak Mampu Membalas

Cinta dan pengorbanan ayah dan ibu tidak akan pernah terbalaskan dengan mahakaryaku.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Anak perempuan yang tampak lusuh ini selalu meminta makanan enak pada ibunya. Kedua saudara laki-laki yang selalu menemaniku bermain juga gemar makan seperti diriku. Setiap hari kami minta makanan enak kepada ibu dan dengan senang hati membuatkan makanan karena memasak merupakan hobi yang tidak bisa dipendam seorang ibu. Untuk menghemat, ibu jarang membeli makanan di luar. Selain itu makanan di luar belum tentu higenis dan terjamin kualitasnya.

Suatu hari ayah dan ibu membawa kami bertiga kesuatu tempat dimana terdapat banyak anak-anak, beberapa remaja dan orang dewasa yang sepertinya tingal di gedung yang berdiri kokoh dihadapanku. Tempat itu ternyata sebuah panti asuhan yang di milliki oleh rekan kerja ayah di kantor. Ayah dan ibu segera menurunkan nasi kotak yang jumlahnya tidak sedikit dari bagasi mobil yang kami kendarai di bantu dengan orang dewasa lainnya. Nasi kotak tersebut dibuat oleh ibuku dibantu bibi yang bekerja di rumah serta diriku yang lebih banyak berceloteh dari pada membantu ibu.

Ibu meminta bantuan kami bertiga untuk membagikan makanan kepada anak-anak lainnya didalam sebuah ruangan yang luasnya seperti lapangan futsal. Semua orang duduk mengitari pola ruangan yang berbentuk  persegi panjang hanya beralaskan tikar. Setelah itu acara dimulai dengan membaca doa dan mulai menyantap makanan yang telah tersedia. Sambil melahap makanan, mata ini tidak henti melihat sekelilingku, memperhatikan mereka makan dengan lahapnya entah mengapa aku merasa senang.

dm-player

Wajah mereka terlihat bahagia menikmati makanan yang telah di sediakan. Perasaan seperti ini baru kali pertama terjadi pada diriku. Kemudian aku dikejutkan oleh anak yang tersenyum manis kepadaku dan mengucapkan terimakasih. Betapa bahagianya melihat mereka menikmati makanan yang dibuat oleh ibu karena masakan ibu adalah yang terbaik bagiku.

Setelah beberapa jam berada di panti, kami sekeluarga berpamitan kepada anak-anak dan pengurus panti lainnya. Mobil kami segera melaju menyusuri jalan menuju rumah mungil tempat kami berlindung dari panas dan hujan. Ibu yang duduk di samping ayah yang sedang menyetir melihat kearahku dan kedua saudaraku yang duduk di kursi belakang. Ibu bertanya kepada kami apa perasaan kami setelah ke panti asuhan tersebut. Dengan riang aku menjawab pertanyaan ibu bahwa sangat senang rasanya bila ada orang lain yang ikut bahagia karena merasakan enaknya makanan ibu.

Kedua saudaraku setuju dengan perkataanku dan menambah harapan semoga mereka bisa kembali ke sana kemudian makan dan bermain bersama. Ayah yang sambil memperhatikan jalan memberi nasehat mengenai indahnya berbagi. Berbagi rezeki, berbagi kebahagiaan. Ayah berpesan kepada anak-anaknya jika memiliki rezeki, berbagi rezeki, terutama kepada yang membutuhkan kata ayah itu disebut dengan bersedekah.

Di perjalanan menuju rumah itu ibu dan ayah bercerita mengenai mimpi  untuk memiliki sebuah rumah makan sederhana. Dengan begitu ibu dan ayah punya penghasilan tambahan dan bisa berbagi rezeki kepada orang-orang yang membutuhkan. Ayah yang bekerja sebagai pegawai kantoran yang memiliki pemasukakan yang cukup untuk menghidupi keluarga kecil ini. Ibu hanya seorang ibu rumah tangga yang selalu meluangkan waktunya untuk anak dan suaminya mengurus kebutuhan jasmani dan rohani rumah tangga. Ibu dan ayah adalah sosok yang hebat bagi kami bertiga.

Seiring berjalannya waktu kami beranjak dewasa dan mulai meniti karir di dunia pekerjaan. Kebiasaan yang diajarkan ayah dan ibu untuk bersedekah kami penuhi bersama-sama. Melihat kami tumbuh dewasa dan berhasil membuat mereka menjadi orang tua yang bahagia. Itu yang mereka ungkapkan kepada kami. Tapi aku masih ingat pada mimpi yang mereka kubur untuk membesarkan anak-anaknya. Impian memiliki sebuah rumah makan yang sederhana selalu terngiang di kepalaku yang baru saja masuk kedunia pekerjaan.

Aku betekad untuk berjuang melawan rasa malasku demi terwujudnya impian ibu dan ayah. Aku tidak akan berhenti hingga impian itu menjadi nyata karena pengorbanan ibu dan ayah mengubur impiannya demi mewujudkan mimpiku yang saat ini telah tercapai. Mungkin bukan saat ini, tapi aku berharap impian tersebut segera menjadi nyata dengan usahaku. Cinta dan pengorbanan ayah dan ibu untuk membangun keluarga kokoh tak tertandingi, tidak akan pernah terbalaskan dengan mahakarya yang akan kuberikan demi membangun kembali mimpi ibu dan ayah. Doakan anakmu semoga berhasil.

Nia Izmi Photo Writer Nia Izmi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya