Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan Kedamaian

Kau jual agamaku dengan darah yang hanya menghilangkan dahagamu.

Hai teroris di luar sana yang tak ku tahu wajahnya. Barangkali kau tak sempat untuk membaca karena asyik bikin rencana. Tapi, kalau ada waktu luang, bacalah sebentar.

Kenalkan, aku seorang Muslim yang masih terus belajar tentang Islam. Aku yang juga masih banyak melakukan kesalahan. Aku anak muda yang tak terlalu paham dengan intrik-intrik politik dunia. Aku yang tak berhak menghakimi siapa-siapa. Dan aku yang selalu menginginkan kedamaian umat manusia meski tak punya wewenang apa-apa.

Bertahun-tahun, teroris seolah menjadi hantu. Menebar ketakutan dan membunuh orang-orang. Mengerikan.

Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan KedamaianSumber Gambar : telegraph.co.uk

Aku tak ingat betul kapan frasa teroris masuk dalam kamus tempurung kepalaku. Barangkali sejak beberapa tahun yang lalu. Ketika berita-berita di televisi menayangkan puluhan orang terluka berlarian. Darah bercucuran di jalan. Ketakutan. Menangis dengan baju compang camping karena bom yang kau ledakan. Mereka hanyalah sekelompok masyarakat sipil, yang tinggal di pemukiman, termasuk tempat anak-anak dan kaum perempuan bernaung.

Dari wajah manusia, seolah kau berubah jadi hantu gentayangan. Bayang-bayangmu menebar ketakutan. Membunuh siapapun yang kau anggap tak sejalan. Melahap ketenangan yang berubah menjadi duka mendalam.

Terang-terangan kau gunakan nama agama sebagai jubah. Bukan hanya mencederai nilai agama, kau juga membuat hati kami terkulai.

Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan KedamaianSumber Gambar : sgasecurity.com

Tanpa rasa bersalah, kau menghalalkan darah orang yang tak bersalah. Seolah jadi yang paling benar, kau menyebut mereka pantas mengalaminya. Dengar-dengar, kau memang merasa bangga melakukan itu semua. Sembari mengenakan sorban dan berpenampilan garang, kau genggamkan tangan. Kau sebut nama Tuhan. Bukan hanya itu saja, kau bahkan mengaku-ngaku melakukannya atas nama Islam.

Menurutku kau jelas memang mengada-ada. Kau jual agamaku dengan darah yang hanya menghilangkan dahagamu.

Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan KedamaianSumber Gambar : youtube.com
dm-player

Jujur, kelakuanmu tak hanya membuatku meradang, aku juga kadang heran. Tuhan Maha Pengasih yang juga aku agungkan jelas sekali menyuruh manusia melakukan kebaikan. Nabi yang diutus-Nya juga mengajarkan bagaimana mencintai sesama. Menebar kasih yang tak ada habisnya. Islam mengajarkan kasih sayang dan kebaikan. Dan kau hanyalah pembual jika menyatakan bahwa membunuh orang tidak berdosa itu diperbolehkan dalam Islam.

Sebagai seorang muslim, aku tak bisa diam. Karena sesungguhnya, agamaku ini mengajarkan kebaikan, bukan agama saling bunuh orang seperti kau sebarkan.

Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan KedamaianSumber gambar : regional.kompas.com

Aku seringkali bertanya-tanya ada apa di balik tindakanmu itu. Kepentingan apa yang jadi latar belakangmu dan kelompokmu. Apakah uang, kekuasaan, atau kepuasan. Aku sama sekali tak paham. Aku juga tak tahu betul siapa kau. Aliansimu sebenarnya apa. Siapa yang menyuruhmu melakukan itu semua?

Karena yang jelas, ideologi dan alasan yang bersangkutan dengan Islam untuk semangat membunuh orang dan teror yang kamu dengungkan teramat asing di telinga Muslim sendiri.

Bagi kami, membunuh manusia yang tak bersalah adalah dosa besar, perbuatan keji yang dilarang.

Terorisme adalah ajaran manusia. Islam adalah ajaran Tuhan. Keduanya adalah hal yang berbeda.

Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan KedamaianSumber gambar : bobobibi.com

Aksi menjijikan yang kamu lakukan membuat kemanusian terluka parah. Bukan lagi tentang pemeluk agama tertentu atau negara khusus. Anak kehilangan orangtuanya. Seseorang kehilangan keluarganya. Muslim terintimidasi karena serangan Islamofobia. Jembatan toleransi antar umat beragama kau buat jadi jurang yang menganga lebar.

Ngeri membayangkan, di hari yang tenang, ketika orang-orang sedang bercengkrama dengan keluarga atau relasi mereka. Lalu datang kau membawa senapan dan berompikan bahan peledak. Menghunus pedang. Melecutkan senjata tajam. Menyalakan bom. Ledakan menghantam. Dalam sekejap darah berceceran dan kau membiarkan mereka tak sempat mengucapkan kalimat perpisahan.

Jika saja aku punya cara dan kesempatan untuk melawan, barangkali aku juga tak sampai hati menembakkan senapan tepat di kepalamu. Aku tak pernah diajari untuk mencabut nyawa orang, bahkan menyakiti sesama. Untuk kejahatan yang kau lakukan, Tuhan pasti akan membalas dengan sepadan. Kini, aku hanya bisa berharap kamu bisa berpikir dengan jernih dan kembali ke jalan yang benar.

Dari seorang muslim yang ingin berbagi kebaikan pada semua orang.
Apapun agama, ras, bahasa dan negaranya.

Topik:

Berita Terkini Lainnya