Marlupi Sijangga, Penari Balet Tertua Indonesia di Usia 80 Tahun

Menarilah bersamaku, sampai ujung usiaku...

Tari balet berasal dari negara Italia. Diperkenalkan pertama kali oleh Domenico de Piacenza dengan istilah “Ballo”. Namun akhirnya tari balet justru lebih terkenal di Prancis. Pada mulanya tarian ini bisa ditarikan oleh pria dan wanita.

Lalu setelah Perang Dunia II, tari balet mulai ditinggalkan para penari prianya. Di Indonesia sendiri tari balet mulai masuk pada masa menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, dibawa oleh perempuan-perempuan Belanda, yang datang pada masa penjajahan.

Di tahun 1950-an itulah Marlupi Sijangga mulai tertarik pada tari balet karena sering mengintip tetangganya, yang merupakan anak-anak gadis keturunan Belanda sedang berlatih balet di halaman rumah.

Dalam acara 360 yang ditayangkan Metro TV Kamis (20/4/2017) malam, Marlupi berkisah awalnya hanya puas dengan menonton mereka berlatih. Namun lama kelamaan keinginannya untuk bisa menari balet juga tidak terbendung lagi.

Ia memberanikan diri mengetuk pintu rumah-rumah para gadis Belanda itu untuk minta diajari menari balet. Marlupi muda selalu mendapat penolakan. Orangtuanya pun tidak suka kalau dia ikut-ikutan berlatih balet bersama anak-anak keturunan Belanda.

Tapi niat besar dipadu dengan pantang menyerah adalah hal yang tak mudah dikalahkan. Seorang gadis keturunan Belanda bernama Mevrow Zaller akhirnya mau mengajari Marlupi menari balet, dan menjadikannya asisten pelatih di tempatnya mengajar kursus.

dm-player

Berkat semangatnya yang luar biasa, pada tahun 1956 Marlupi mulai mendirikan sekolah balet pertamanya dengan nama “Marry”, yang sekaligus menjadi sekolah balet pertama di Indonesia. Sekolah balet dengan segala keterbatasan dana serta fasilitas itu ditekuninya sampai bisa berkembang pesat. Setelah mempunyai banyak murid dan mulai mendapat banyak bantuan, berdirilah Marlupi Dance Academy (MDA) pada tahun 1986 di Surabaya. MDA kemudian membuka cabang di Jakarta pada tahun 1993.

Menurunkan Bakat ke Anak dan Cucu

Marlupi Sijangga yang lahir pada 27 Maret 1937 itu kini sudah berusia 80 tahun. Sudah terlalu senja untuk terus menari meski ia merasa masih sanggup. Tapi apa yang telah dilakukan Marlupi akan selalu dikenan. Sebab ia sudah menurunkan bakatnya ke anak dan cucu perempuannya. Mereka berdua akan terus menyebarkan minat menari balet pada anak-anak Indonesia dan terus melestarikan Marlupi Dance Academy.

Fifi Sijangga, putri bungsu Marlupi yang diajarinya menari balet sejak usia 4 tahun kini meneruskan perjuangan Marlupi sebagai Board Director Marlupi Dance Academy. Bakat menari Marlupi turun juga ke cucu perempuannya, Claresta Alim, yang kini dikenal sebagai penari balet profesional di Arts Ballet Theatre, Florida, Amerika Serikat.

Di Marlupi Dance Academy sendiri, Claresta dipercayai sang nenek untuk melatih siswa-siswa MDA yang akan berangkat kompetisi tingkat internasional.

Berangkat dari hobi dan kecintaannya pada tari balet, Marlupi Sijangga memulai semuanya hingga Marlupi Dance Academy menjadi sebesar ini, dan tersohor ke penjuru dunia. Memang tidak ada yang lebih enak dari memiliki hobi yang dapat mendatangkan penghasilan.

Dian Arthasalina Photo Verified Writer Dian Arthasalina

bukan orang penting, kecuali anda mementingkan saya. kadang-kadang ngoceh di instagram @arthasalina

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya