Sari Kresnawati, Pencetus Komunitas Keluarga Celebral Palsy Surabaya

#AkuPerempuan Karena anak adalah anugerah, bukan musibah

Kagum. Kata tersebut muncul di pikiran saya begitu selesai mendengar perjalanan hidup Sari Kresnawati, seorang wanita asal Surabaya yang mencetuskan komunitas Keluarga Besar Cerebral Palsy Surabaya. 

Ia menggambarkan wanita sebagai ibu kehidupan, di mana segala hal bermula, berproses, dan berakhir. Peran itu yang juga dijalaninya bersama puluhan ibu lain dalam  komunitasnya.

Menjadi ibu dari anak berkebutuhan khusus tidak pernah mudah. Namun, ia berani keluar dan menghadapi sorotan miring lingkungan masyarakat, terhadap kondisi buah hatinya.

1. Takdir sudah di depan mata, mau tak mau harus berlapang dada

Sari Kresnawati, Pencetus Komunitas Keluarga Celebral Palsy SurabayaDok. IDN Times

Perjalanan hidup membuatnya belajar jadi sosok ibu tangguh bagi keempat anaknya. Salah satunya adalah Bilal Satria Mardhika, si bungsu yang lahir dengan cerebral palsy (CP). Penyakit ini membuat respons motoriknya terganggu dan pengecilan di bagian kaki.

Bilal lahir secara normal pada 2008 dengan berat 3,9 kilogram. Namun, setelah usia empat bulan, ia didiagnosa mengidap cerebral palsy. Sari tidak ingin percaya, begitu pula suami dan keluarganya. Namun, takdir sudah ada di depan mata, mau tak mau, sebagai orang tua harus berlapang dada.

2. "Tuhan melihat kamu hebat dan mampu merawat Bilal"

Sari Kresnawati, Pencetus Komunitas Keluarga Celebral Palsy SurabayaDok. IDN Times

Badai bertiup makin kencang. Saat Bilal berusia satu tahun, sang suami memilih hengkang. Status sebagai orangtua tunggal membuat Sari sempat tertekan, bahkan berubah menjadi introvert.

Banyak yang beranggapan keadaan tersebut merupakan bentuk cobaan dan teguran Tuhan, agar dirinya bermuhasabah terhadap masa lampau. Sari banyak merenungkan tudingan orang terhadapnya. Hingga suatu ketika, hatinya terbuka atas nasihat seorang teman yang membantah sudut pandang tersebut. 

"Tuhanmu saja punya sifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mana mungkin Dia menjadikan makhluk-Nya sebagai bentuk hukuman," ujar Sari mengutip kalimat temannya. "Justru Tuhan melihat kamu hebat dan mampu merawat Bilal. Anak itu anugerah bagi orangtuanya, bukan musibah."

3. Tercetusnya komunitas Keluarga Besar Cerebral Palsy

Sari Kresnawati, Pencetus Komunitas Keluarga Celebral Palsy SurabayaDok. IDN Times

Pada waktu itu, Sari masih berdomisili dan bekerja di Bandung. Ia kerap bertukar cerita dengan para orangtua yang memiliki keadaan serupa, baik di Bandung, saat pulang ke Surabaya, mau pun sekadar lewat sosial media.

dm-player

Pada 2011, tercetuslah ide untuk mendirikan komunitas Keluarga Besar Cerebral Palsy Surabaya. Tujuannya untuk mengakomodir lebih banyak lagi orangtua dengan anak cerebral palsy dan melakukan pendampingan.

"Kalau masalah kesehatan, sudah ada dokter yang lebih tahu. Tapi kalau support moral dan pendampingan, kan tidak bisa didapat secara medis," tutur perempuan kelahiran 2 Juni 1967 itu. "Kita ingin mereka bisa punya mindset positif dan tidak merasa sendiri."

Awal  2012, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya dan pindah ke Surabaya. Sari menata kembali lembaran hidupnya bersama suaminya sekarang. Sedangkan, seluruh waktunya didedikasikan untuk mendampingi keluarga dengan anak cerebral palsy. 

Baca juga: Made Citra Dewi: Jadi Anggota TNI Itu Berat, tapi Indah

4. Cerebral palsy bukan aib yang perlu ditakuti apalagi menjadi alasan untuk bersembunyi

Sari Kresnawati, Pencetus Komunitas Keluarga Celebral Palsy SurabayaDok. IDN Times

Setelah 7 tahun berdiri, Sari dan rekan-rekan berencana melegalkan komunitas Keluarga Besar Cerebral Palsy supaya berbadan hukum. Mereka ingin bisa menyuarakan kisah ke lingkungan pemerintah agar pergerakannya lebih dikenal.

Ia juga ingin menggerakkan para orangtua yang malu dengan kondisi buah hatinya untuk melangkah bersama-sama. Bahwa anak dengan cerebral palsy bukan aib yang perlu ditakuti, apalagi menjadi alasan untuk bersembunyi.

Selain dengan medis, perkembangan anak CP sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan keluarga. Untuk itu, Sari dan komunitas berupaya saling menguatkan dan mengedukasi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus, utamanya CP.

5. Ingin punya shelter khusus anak dengan cerebral palsy

Sari Kresnawati, Pencetus Komunitas Keluarga Celebral Palsy SurabayaDok. IDN Times

Meski Surabaya tengah gencar mengukuhkan diri sebagai kota ramah anak berkebutuhan khusus (ABK), nyatanya lingkungan bagi mereka masih belum mumpuni. Termasuk salah satunya belum tersedia shelter untuk anak CP.

Bagi keluarga kurang mampu, pergi ke panti jadi pilihan yang lebih bijak dibanding tenaga ahli. Padahal pengidap CP butuh penanganan khusus yang tak sembarang orang mengerti ilmunya.

Selain sharing ilmu dan pengalaman pribadi, selama ini Keluarga Besar Cerebral Palsy fokus untuk membantu keluarga anak pengidap CP. Misalnya dengan membantu membeli kursi roda, bahan pokok, pembiayaan fisioterapi bagi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, punya shelter sendiri menjadi target besar komunitas demi memfasilitasi keluarga dan juga pasien saat tak tahu harus pergi ke mana.

Semoga pemerintah segera membangun shelter untuk anak celebral palsy ya. Semangat terus buat para orangtua dan teman-teman dengan celebral palsy. Sari sudah menginspirasi kita melalui aksinya, kalau kamu kapan, nih?

Baca juga: Layinuvar Anggia, Merantau Seorang Diri ke Ibu Kota Demi Pengabdian

Topik:

Berita Terkini Lainnya