Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina Orang

Mereka percaya bahwa dengan komedi, hidup bisa lebih baik

Setelah sekian lama mencari komunitas stand up yang ada di Surabaya, akhirnya saya menemukan satu yang benar-benar pas. Karena saya pribadi suka stand up comedy atau segala hal yang berbau komedi, anggap saja ada sebuah kepentingan pribadi sebenarnya kenapa saya mencari komunitas stand up untuk dibahas dalam konten kali ini. 

Berawal dari dikenalkannya saya oleh salah satu peserta workshop yang awal bulan April lalu diadakan di UNESA, saya akhirnya bertemu dengan Gumilar Tintan Mulyansyah, ketua stand up comedy UNESA. Kami janjian di Uncle Tom Cafe daerah Ketintang, Surabaya. Kata Tintan, komunitasnya akan open mic di situ, jadi sekalian saja terima sesi wawancara.

Sesi wawancarapun berjalan santai dan menyenangkan. Mengingat kali ini adalah komunitas komedi, pastilah saya tidak berhenti tertawa dengan jawaban mereka yang kocak-kocak.

Jadi, apa ada nama khusus untuk komunitas kalian ini?

Tentu ada, mbak. Karena kami adalah mahasiswa UNESA yang terbentuk dari kampus, jadi kami menamakan komunitas kami Stand Up Comedy Universitas Negeri Surabaya. Nah, karena kepanjangan, kami singkat jadi Stand Up UNESA, hehe.

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Lalu, sejak kapan komunitas ini berdiri? Founder nya apakah hanya kamu atau kamu terima estafet dari senior yang terdahulu?

Saya kebetulan terima estafet dari senior namanya Mas Ubed. Tapi dulu komunitas ini vakum dari tahun 2011 lalu tahun 2017, saya dan teman saya, Dika mendirikannya lagi sampai sekarang. Tanggal pastinya itu 2 Juni 2017, kami aktif kembali.

Kamu sendiri, apa sih yang melatarbelakangi kamu untuk mau membangun komunitas komedi yang sempat vakum ini?

Sebenarnya karena memang suka sih. Dulu aku pernah ikut Stand Up Indo Lamongan. Cuma karena sekarang kuliah di Surabaya, jadi pengennya ya sama ikut komunitas stand up juga. Jadi waktu itu awalnya kan cari-cari info dulu, apakah di UNESA sudah ada komunitas stand up. Kalau memang ada rencananya mau ikut.

Eh tapi belum ada ternyata. Kebetulan aku kenal dengan Mas Ubed tadi, lalu beliau bilang kalau memang mau mendirikan lagi dan ada anggotanya, ya silakan. Makanya aku sama temanku, Dika, kami mendirikan lagi komunitas stand up ini.

Apa ini hanya hobi, atau memang kamu ingin menjadikannya sebagai pekerjaan kamu nanti kalau sudah lulus?

Iya, passion. Lagipula kalau hobi yang biasa kita lakukan di SMA gak kita bawa lagi sampai kuliah itu rasanya gak enak, mbak. Jadi pengen konsisten aja. Tapi kalau pekerjaan, saya rasa tidak. Komunitas ini murni karena saya ingin menyalurkan hobi saya.

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Ada berapa orang yang tergabung dalam komunitas ini? Semuanya anak UNESA?

Ada sekitar 30 orang dan semuanya laki-laki. Jadi coba mbak bayangkan sendiri, 30 orang dalam satu grup, hehe. Kami sampai sekarang berharap ada perempuan yang mau ikut gabung, tapi mungkin sungkan, ya.

Iya, semuanya anak UNESA. Karena kami memang terbentuk dari kampus, jadi kami memang mengkhususkan untuk anak kampus kami saja. Lagipula kan sesuai dengan nama komunitas kami juga, Stand Up Comedy UNESA, hehe.

Membernya sendiri kebanyakan dari jurusan apa?

Beraneka macam jurusan ada di sini, mbak. Mulai dari teknik mesin, Pendidikan Olahraga, ekonomi, sampai Pendidikan Bahasa Jerman ada. Jadi rame, beragam bidang, masalah dan keresahan, biasanya bisa jadi bahan buat stand up juga.

Ada persyaratan khusus gak buat yang mau gabung ke komunitas kalian?

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Kami biasanya gak melihat dia dari jurusan atau angkatan berapa. Yang penting dia mau gabung, ya gabung saja. Nanti juga bisa akrab-akrab sendiri. Oh ya, bukan cuma yang mau stand up saja yang boleh gabung, penikmat komedi yang cuma mau ikut kumpul komunitas dan menemani waktu open mic juga dipersilahkan gabung. Jadi gak harus bisa ngelucu buat gabung, yang suka dengan yang lucu-lucu juga boleh ikut.

Sejauh ini sudah pernah ikut kompetisi atau diundang ke acara-acara tertentu untuk stand up belum?

Sejauh ini lumayan sudah sering dipanggil dalam acara seminar-seminar gitu, mbak. Jadi kami sebagai pengisi acara. MC juga dari kami, bukan cuma stand up saja. Kita sudah pernah bikin show-show sendiri juga.

Struktur komunitasnya sendiri bagaimana? Lalu masalah fee, ada tarif khusus?

Tidak dong, ada ketua, wakil, sekretasis dan bendahara juga. Nanti kita bagi tugas sesuai jabatan masing-masing.

Biasanya kami gak mematok jumlah, sih. Harus berapa gitu, tidak. Mungkin belum. Jadi sejauh ini kami menyerahkan masalah fee pada pembuat acara. Kalau memang kami diberi sekian ya tidak apa-apa. Semacam seikhlasnya gitu lah, mbak. Tapi minimal kami terima Rp. 100.000 per undangan.

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Bagaimana cara membaginya? Ada peraturan khusus kah?

dm-player

Ada dong. Jadi nanti kalau ada undangan, kami umumkan di grup siapa yang bisa ambil. Nanti uangnya dibagi 50:50. Jadi semisal A bisa ikut, 50 persen untuk dia, sisanya masuk uang kas komunitas. Itu sudah disepakati dan disetujui semua anggota.

Baca juga: Sehari Bersama LLC Salatiga: Bantu Anak Bisa Belajar Meski Gak Dibayar

Lalu menurut kamu, berapa sih harga yang pantas orang keluarkan saat dia ingin mengundang seorang komika? Seharusnya komika itu dihargai berapa?

Sebenarnya semua orang harus mulai menghargai komika, sih. Dalam artian, mereka harus tahu berapa harga yang pantas diberikan pada seseorang yang semalaman atau bahkan dua tiga malam memikirkan dan menuliskan materi, mencari punch line yang tepat dan mengatasi ketegangan dirinya sendiri untuk bicara di atas panggung.

Tapi kenyataannya yang terjadi adalah, seorang komika itu harus punya nama dulu. Semakin besar namanya, semakin besar juga bayarannya.

Siapa nih komika favorit kamu? Alasannya kenapa suka dia?

Saya suka Ernest Prakasa dan Pandji Pragiwaksono. Alasannya  sih, kalau Ernest, dia nyata gitu lho. Dari komika, lalu punya banyak karya, dikenal banyak orang juga karena karyanya yang memang bagus. Jadi bukan cuma murni ngelucu, tapi berkarya juga.

Nah kalau Pandji, alasannya karena dia bisa punya style komedi yang agak beda dari yang lain. Caranya dia mengemas materi itu gak biasa, terus diselipin juga kritikan-kritikan tentang isu sosial yang sering terjadi. Jadi lebih masuk akal. Persuasif, jadi bikin penonton jadi punya pandangan sama seperti dia, aku suka aja.

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Apa sih yang membuat komunitas kamu ini berbeda dari yang lain? Apa yang membuat komunitas kalian ini spesial?

Yang buat kami berbeda itu adalah kami gak cuma pengen membuat banyak orang terhibur saja. Bukan juga modal ngomong dan curhat, tapi kami mengedukasi juga. Maksudnya, setiap materi yang kami bawakan, pasti ada kesan edukasinya. Yang mendidik orang, yang bikin orang paham tentang sesuatu yang baru. Jadi dengan kata lain, kami menyebut diri kami adalah komika yang mendidik. Begitu kurang lebih.

Tujuan dan harapan kamu untuk komunitas ini apa?

Kami ingin mewadahi anak muda untuk mengembangkan kemampuannya di bidang komedi. Kami ingin jadi sarana untuk anak muda melampiaskan keresahannya. Seperti role model saya, Ernest Prakasa sering bilang bahwa hidup kadang butuh ditertawakan. Saya sangat setuju dengan itu. Jadi kami ingin semua anak muda yang punya masalah, kesusahan, atau apapun yang menjadi beban itu jangan dibuat sulit, tapi mending dikemas jadi materi terus diceritakan di depan orang.

Terus saya pribadi sih ingin komunitas ini ada regenerasinya. Jadi nanti setelah saya dan teman-teman lulus, komunitas ini bisa terus jalan. Bisa terus ada lah pokoknya, jangan sampai berhenti di kami.

Gimana sih menurut pandangan kamu tentang pemikiran orang yang menganggap bahwa komika hanya menjual kekurangan tubuhnya saat stand up?

Wah, itu salah besar. Sebenarnya, gak perlu kualifikasi apapun untuk menghibur orang. Asal punya keinginan untuk belajar dan tahu cara yang tepat berikan punch line, pasti bisa bikin orang ketawa, kok. Kalau soal kekurangan tubuh, misalnya harus punya wajah jelek dulu atau harus kurus atau gendut dulu baru bisa stand up, ya kami ini tampan-tampan, kan. Hehe.

Lagipula yang "dijual" itu kan bukan kekurangan tubuh, tapi cerita yang ada di belakang kekurangan itu. Dan gak melulu kekurangan, mbak, tapi masalah juga. Siapa sih yang gak punya masalah? Masalah pribadi yang bikin kepikiran itulah yang jadi penyelamat di panggung.

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Materi yang kalian bawakan juga bagaimana? Biasanya para komika sukanya menghina orang saat tampil, itu bagaimana?

Yang membedakan dagelan dengan stand up itu ya ini; kalau dagelan, kelucuannya yang dibuat-buat, bahkan bisa menghina satu pihak dengan tujuan mendapat tawa orang lain. Sedangkan kalau stand up, itu bukan kelucuan yang didapat dari menghina orang tapi lebih ke memamerkan keresahan diri sendiri. Jadi lebih nyata.

Lagipula stand up kan bukan ajang menghina orang. Stand up adalah sarana seseorang untuk membuang keresahannya.

Ada tagline khusus gak dari komunitas ini?

Ada dong, growing with comedy. Itu tagline kita. Jadi kita ingin bertumbuh dan bisa menginspirasi orang lain dengan komedi.

Yang perlu kita tanamkan dalam pikiran adalah menjadi seorang komika bukanlah hal yang mudah. Banyak orang memang suka dihibur, tapi untuk menghibur? Belum tentu semua orang mau. Jadi mengapresiasi seseorang yang sudah berusaha menimbulkan senyuman di bibir orang lain saat dirinya sendiri memiliki segudang masalah merupakan hal yang mulia.

Seperti yang sudah Stand Up Comedy UNESA lakukan, coba kamu tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kamu sudah cukup membuat orang lain bahagia – atau malah menderita?

Bincang Bersama Stand Up Comedy UNESA: Bukan Ajang Hina OrangDok. IDN Times

Stand Up Comedy UNESA merupakan sebuah komunitas bagi anak muda yang ingin menyalurkan kreativitasnya di bidang komedi. Mereka percaya bahwa dengan komedi, hidup seseorang bisa jadi lebih baik sebanyak apapun masalah yang dimiliki. Dan jika kamu ingin mengenal lebih jauh tentang komunitas mereka ini, kamu bisa memantau melalui akun instagram resmi mereka di @standupunesa.

Nah, buat kamu yang juga memiliki komunitas dan berpikir bahwa komunitasmu layak dikenal oleh masyarakat luas dan mampu menginspirasi, IDN Times dengan senang hati akan me-review komunitasmu. Mudah saja, kamu bisa langsung email ke alamat stella.azasya@idntimes.com, ya! Sampai bertemu di komunitas selanjutnya!

Baca juga: Sehari Bersama Literaturia: Bukan Kutu Buku Saja yang Hobi Baca Buku

Topik:

Berita Terkini Lainnya