Ketika Kegalauan Karir Menerpa, Hal Ini yang Aku Ceritakan Pada-Mu, Tuhan

Apakah pekerjaan sekarang sudah sesuai passionku?

Halo Tuhan,

Sepertinya sudah cukup lama aku tak dekat dan menjumpai-Mu lewat catatan-catatan ini. Banyaknya kesibukan yang harus ditunaikan, harus kuakui sebagai penyebabnya. Sebagai manusia, kadang aku masih luput juga menemui-Mu dalam doa. Aku harap, Engkau masih mau memaklumi kesalahanku itu karena aku pun sama seperti manusia lain dengan segudang dosa.

Walau aku telah berkarir, rasa ragu kerap muncul. Benarkah ini masa depan yang tepat untukku?

Ketika Kegalauan Karir Menerpa, Hal Ini yang Aku Ceritakan Pada-Mu, TuhanSumber Gambar: digiyoung.com

Belakangan usai kelulusan, kesibukan benar-benar sempurna menghajarku. Apalagi kalau bukan tentang profesiku? Di hari pertama penerimaanku, aku ingat betul. Semangatku sudah terbakar sejak semalam sebelumnya. Pikiranku sudah penuh dengan pertanyaan, “Apa yang harus kulakukan besok?”, “Bagaimana rasanya menjalani pekerjaan baruku?”, “Apakah atasan dan rekan kerjaku bersikap ramah?”, dan sebungkus pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa kujawab.

Sejak hari pertama hingga kini, lambat laun aku menikmati profesi ini. Aku bersyukur memiliki rekan divisi yang baik hati, atasan yang ramah dan tidak suka marah-marah, lingkungan yang membuatku menjawab segala tantangan, dan semua yang membuatku hari semakin berwarna. Sebungkus pertanyaanku tadi, terjawablah sudah.

Namun dalam diam, aku masih menyimpan ganjalan. Benarkah profesi yang kini aku giati adalah rutinitas terbaik untuk masa depanku? Bukannya aku tak bersyukur atas apa yang aku ampu. Meski tak dipungkiri aku bahagia, aku juga takut terlena. Aku takut kecewa jika telah mengesampingkan masa depan yang lebih mapan.

Apakah yang kujalani sekarang, sesuai dengan yang orang-orang sebut passion? Jika bukan, akankah aku mencintainya segenap hati?

Ketika Kegalauan Karir Menerpa, Hal Ini yang Aku Ceritakan Pada-Mu, TuhanSumber Gambar: time.com

Jauh sebelum aku bekerja, orang seringkali mendengung-dengungkan passion, passion, dan passion. Konon, passion akan membuat hari kerjamu lebih indah. Kamu tak perlu merasa lelah atau terbebani gara-gara deadline yang setumpuk undung. Toh, ini hobi dan kegemaranmu. Meski harus lembur dan berupah kurang, tak apa karena kamu menikmati dan mengerjakan dengan hati.

Dalam benakku, aku masih mengamini hal itu sampai kini. Kalau kamu bekerja dengan hobi, bukankah kamu tidak akan pernah merasa bekerja? Bukankah kamu tidak perlu mengajukan surat pengunduran diri hanya gara-gara ini bukan bidang keahlianmu atau karena tidak betah?

Baca Juga: Jangan Pernah Meremehkan Kekuatan Doa, Apalagi Untuk Masa Depanmu

dm-player

Aku memiliki cita-cita dan harapan bahwa jerih payahku nanti, akan kubaktikan kepada orang tua. Di samping itu, tentu saja untuk orang-orang yang kucintai.

Ketika Kegalauan Karir Menerpa, Hal Ini yang Aku Ceritakan Pada-Mu, TuhanSumber Gambar: leilabrewsterphotographyblog.com

Jika ditanya, “Apakah kamu mau hidup mapan di usia muda?” Ya! Tentu saja aku menjawabnya dengan segera. Pasalnya, ini bukan lagi soal materialistis. Aku ingin hidup mandiri. Dalam segala persoalan keuangan, aku sudah malu meminta pada ayah dan ibu. Bahkan untuk ke depannya, aku akan memiliki kebutuhan pribadi yang semakin kompleks. Membangun keluarga adalah salah satu di antaranya.

Di antara semua keperluan, perihal membahagiakan orang tua tentu ada dalam daftar. Secara perlahan-lahan, aku ingin membalas kasih sayang mereka di masa lampau. Aku tahu usahaku mungkin tidak akan setara dengan payahnya mereka mengasuh anak-anaknya. Tapi setidaknya, aku ingin mereka tetap tersenyum di hari tuanya. Aku ingin mereka tahu bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan dari anaknya. Dengan begitu, pundak mereka semakin ringan tanpa beban.

Namun aku percaya dan bersabar. Di mana pun aku berada, Tuhan selalu menyertai dan memberikan rencana terindah-Nya untukku.

Ketika Kegalauan Karir Menerpa, Hal Ini yang Aku Ceritakan Pada-Mu, TuhanSumber Gambar: itsupportwaukegan.com

Di tengah keraguan ini, aku tetap memegang keyakinan pada kehendak Tuhan. Aku hanya berusaha menjalani hidupku sebaik mungkin dan tidak membiarkan tangan ini berpangku begitu saja. Melakukan apapun dengan optimal, bukankah hasilnya juga akan bermanfaat untuk orang-orang di sekitar? Dengan kesabaran dan ketekunan yang tak pernah meregang, toh juga tidak akan ada masa depan yang sia-sia.

Tuhan sudah pasti telah menggariskan takdir setiap orang sedemikian rupa. Setiap umat-Nya akan menemui takdir itu lewat kerja kerasnya. Maka dari itu, apa yang kujalani sekarang, aku yakin indah. Semua akan lebih indah lagi di masa depan karena akan kupetik buah-buah terbaik atas apa yang kutanam sejak dulu.

Mungkin itu dulu yang dapat aku sampaikan. Tak terasa waktu berdetak cepat dan malam semakin larut. Esok hari, aku akan meneruskan profesiku. Hal-hal besar pasti sudah menantikanku tanpa rasa sabar. Begitu pula aku menunggu mereka tanpa pernah ada sabarnya. Aku harap, di situlah aku menemukan keberuntungan dan masa depan yang mapan. Ya, aku yakin dan optimis!

Sampai jumpa di surat selanjutnya, Tuhan. Terima kasih sudah selalu menjadi sahabatku saat merana dan gundah gulana.

Dari aku,
Umat-Mu yang meniti masa depannya.

Baca Juga: Wanita Karir? Kamu Luar Biasa karena 11 Alasan Ini!

Topik:

Berita Terkini Lainnya