Andai Cinta Mudah Pergi, Seperti Halnya Ia Mudah Untuk Singgah

Sudah terlalu lama aku memikirkan ini…

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Banyak cerita yang tak bosan ku tulis tentangmu. Mungkin, ini yang kesekian kalinya. Hari itu, malam cukup terang. Dari balik jendela kamar, ku mencoba menghitung bintang, berharap hari segera berganti.

Ternyata tak semudah yang dibayangkan, bintang yang sedang kuhitung seakan-akan sedang bermain. Tiba-tiba menghilang, tiba-tiba muncul. Seakan bintang menguji untuk membuatku penasaran, untuk membuatku sulit menghitungnya.

Apakah bintang sama seperti cinta? Yang terus bermain-main seakan mengujiku untuk tetap berusaha menggapainya. Apakah cinta itu adalah kamu? Ku terdiam sejenak. Otakku malam itu seakan dipaksa berputar, padahal otak ini terasa sangat lelah. Tapi tak mengapa, aku terus berusaha memikirkannya. Apa benar kamu itu seperti bintang?

Andai Cinta Mudah Pergi, Seperti Halnya Ia Mudah Untuk Singgahinpluvia.deviantart.com

Bintang… Bintang tak berbagi sinarnya sepanjang hari, ia hanya berbagi sinarnya dikala malam. Kamu pun begitu, hanya berbagi sinar padaku di suatu keadaan tertentu saja. Bintang… Terus berkelap-kelip seakan sedang mempermainkanku. Seakan sedang mengujiku untuk terus menemukannya.

Kamu pun begitu, terus menghilang dan muncul. Seakan mempermainkanku untuk terus mencoba menggapaimu. Bintang itu indah, tapi tak setia menemaniku. Kamu juga sama, persis seperti bintang.

Harusnya, aku tak pernah mengenalmu. Kadang aku merasa beruntung, tapi kadang aku juga merasa menyesal. Kau, yang terus menganggapku sebagai boneka. Terus dimainkan, disimpan, dilempar sesukamu, kadang kau menjaganya, tapi kadang kau membiarkannya. Dulu, tak jarang kita bertemu dalam suatu pertemuan.

Andai Cinta Mudah Pergi, Seperti Halnya Ia Mudah Untuk Singgahtherosegarden.co

Tapi mengapa, waktu itu, ketika pertemuan yang kesekian kalinya, mata ini memandangmu lebih jauh. Sebenarnya tak masalah bila aku menyimpan perasaan padamu, aku tak pernah berharap kau akan mengetahui perasaan ini. Tak tahu mengapa bisa, seiring waktu berjalan, kau tahu perasaan ini. Berpura-pura mengerti, berpura-pura menghargai.

Kau memberikan sejuta harapan, memberikan banyak kenangan. Tapi… bagiku saat ini, semua kenangan yang kau berikan bukanlah kenangan manis. Kenangan yang kau berikan adalah kenangan pahit, yang dulu memang terasa manis.

Aku tak mengerti, mengapa kau bisa sangat manis di hadapanku. Tapi kau selalu berusaha membuatku terjatuh jika kau sedang berada jauh disana. Haruskah aku berterimakasih untuk semua waktu yang telah kau berikan padaku? Haruskah aku tetap disini, menunggumu hingga kau benar-benar kembali?

dm-player

Atau haruskah aku benar-benar mengakhiri semuanya sampai disini? Entahlah, aku enggan memikirkannya. Bisa jadi, karena ini sudah terlalu sakit. Ku akui… Kau memang jago dalam urusan memainkan perasaan wanita.

Andai Cinta Mudah Pergi, Seperti Halnya Ia Mudah Untuk Singgahflickr.com

Sebenarnya, aku sangat ingin pergi jauh dari dulu, meninggalkan perasaan ini. Apakah kau tak tahu malu? Kau terus memaksa aku untuk tetap bersamamu, hanya untuk kau mainkan perasaan ini. Aku juga sangat ingin membencimu, seolah-olah kita tak saling mengenal, seolah-olah kau adalah orang asing di hidupku.

Apakah kau bodoh? Kau ingin aku terus memaafkanmu, kau ingin aku tetap berlaku baik padamu, hanya untuk kau manfaatkan perasaan ini. Tapi mungkin, aku yang bodoh. Aku yang terus menurut apapun perintahmu, padahal disana kau tersenyum licik, senang melihatku terus menerus terjatuh karnamu.

Andai Cinta Mudah Pergi, Seperti Halnya Ia Mudah Untuk Singgahhammihan.com

Malam itu, kuputuskan untuk benar-benar mengakhiri semua perasaan ini. Mencoba membuka hati dan mata lebar-lebar untuk menerima, melihat dengan lebih jauh orang-orang di sekelilingku. Orang-orang yang lebih menyemangati dan menyayangiku.

Kuputuskan untuk tak mengecewakan mereka lagi. Malam itu pula, aku bertekad untuk berhenti memikirkanmu, menganggapmu seolah-olah tak ada, menganggapmu seolah-olah orang asing untukku.

Tidak-tidak… Aku tidak membencimu. Aku hanya lebih menyayangi diriku sendiri, aku kasihan pada hati yang terdapat dalam ragaku. Selalu tersakiti, padahal dia tak punya salah apapun.

Aku menjatuhkan badan ke kasur, memandang langit-langit di kamar. Aku bernafas lega, mencoba tersenyum, seakan-akan aku sudah mendapatkan jalan, mendapatkan ide untuk apa yang harus aku lakukan ketika besok bertemu denganmu.

Aku tak marah, mungkin hanya sedikit kecewa. Aku tak tahu kapan bisa memaafkan kesalahanmu, semuanya memang perlu waktu. Ya, waktu yang sangat panjang. Tapi, aku akan tetap tegar menghadapi dan menganggap semua baik-baik saja.

Andai Cinta Mudah Pergi, Seperti Halnya Ia Mudah Untuk Singgahflickr.com

Tidak… Mengenalmu bukanlah sebuah luka. Mengenalmu adalah sebuah obat untuk menahan dan mencegah luka. Luka yang mungkin suatu saat nanti akan lebih menyakitkan, tapi aku bisa tenang karna aku sudah punya obatnya. Anggaplah obat itu adalah sebuah pengalaman, sebuah pengalaman pahit yang mungkin akan menjadi pembelajaran.

Sudah terlalu lama aku memikirkan semua ini, hingga mataku benar-benar lelah dan mulai terpejam. Tuhan telah menjawab semua doa dan kegelisahanku di malam ini. Kamarku sudah gelap, dan aku pun mulai tidur dengan lelap. Semoga kau membaca untaian kalimat yang tak jelas ini. Semoga kau akan memahami kepedihan yang sempat terasa mengganggu ini.

 

#CintaDalamKata

Topik:

Berita Terkini Lainnya