Aku, Kamu dan Perbedaan yang Tak Tergapai

Jangan kira aku tidak berjuang, tapi aku sudah cukup berjuang dan tersakiti.

Senyumanmu itu selalu teringat dalam bayanganku. Kata-katamu selalu bisa menenangkanku. Suaramu membuatku selalu merindu. Apa yang salah dengan diriku? Bukan diriku, tapi perbedaan yang terbangun di antara kita. Bagai tembok Berlin yang kokoh, perbedaan itu terus menjadi penghalang.

Sedih? Tidak, justru aku bingung bagaimana caranya merobohkan tembok perbedaan itu. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Haruskah aku mengikis tembok itu sedikit demi sedikit. Haruskah aku membuat sebuah lubang kecil hanya untuk melihat ke sisimu. Bagiku, itu tidak cukup.

Aku selalu ingin mampu hadir untukmu. Aku juga ingin kamu dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Perbedaan tak tergapai itu yang justru membuatku lelah. Lelah akan realita yang harus aku tinggali selama ini. Aku terus menyalahkan realita yang tidak bisa menyatukan kita. Aku selalu berpikir dan menghitung berapa lama lagi sampai akhirnya benar-benar menyerah.

Atau haruskah aku menyerah sekarang? Aku harus sadar kalau realita itu yang harus dijalani. Kemarin, hari ini, besok atau pun nantinya, aku rasa perbedaan itu tak akan pernah tergapai. Sebuah ironi ketika keinginan besar harus terhalangi begitu saja dan aku harus menyerah. 

dm-player
Ketika aku harus mundur, aku ingin tahu kalau di sini aku sempat berjuang untuk menghilangkan perbedaan itu. Jangan kira aku tidak berjuang, tapi aku sudah cukup berjuang dan tersakiti.

 

Erwanto Photo Writer Erwanto

Hi~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya