Takut Jomblo, Semakin Banyak Orangtua Jepang Jodohkan Anak Mereka
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tokyo, IDN Times - Dalam beberapa waktu terakhir semakin banyak jumlah orangtua di Jepang yang berkomitmen untuk mencarikan anak-anak mereka jodoh. Dikutip dari Japan Times, mereka niat datang ke pesta perjodohan agar si anak tidak berakhir menyendiri.
1. Menariknya, target perjodohan justru tidak ikut datang
Salah satu pesta perjodohan yang diikuti cukup banyak orangtua terjadi pada pertengahan Januari lalu. Mereka mendatangi acara yang diselenggarakan oleh agen perjodohan, Living Marriage, di sebuah hotel. Dengan berbekal biodata lengkap dari anak-anak mereka, lebih dari 60 orangtua dengan hati-hati mengamati dan mencari calon menantu potensial.
Kemudian, jika sudah ada yang cocok, mereka akan berbincang dengan orangtua kandidat. Tak jarang satu individu diminati oleh banyak orangtua sehingga harus mengantri. Ini semua dilakukan oleh para orangtua tanpa kehadiran anak-anak mereka yang disebut tengah sangat sibuk.
2. Setiap orangtua wajib membayar sekitar Rp 1,3 juta
Editor’s picks
Usaha untuk mencari jodoh tidak gratis. Setiap acara perjodohan yang diselenggarakan "biro cinta" mewajibkan peserta untuk membayar setidaknya Rp 1,3 juta. Durasi acaranya berlangsung selama sekitar dua jam. Selain uang, syarat lain untuk mengikuti acara tersebut adalah orangtua harus mendapat izin dari si anak yang dijodohkan.
Menurut salah satu orangtua, ia tak ingin anaknya hidup sendiri seperti mayoritas pemuda Jepang lainnya. "Aku ingin putriku menemukan seseorang yang bisa ia ajak tinggal bersama dalam sebuah hubungan yang saling mendukung," kata Sachiko Fukazawa yang berusia 64 tahun. Ia mengaku anaknya berumur 38 tahun dan sangat sibuk.
3. Jumlah populasi Jepang yang tak berpasangan kian meningkat
Pada 2015 lalu, sebuah penelitian yang dilakukan pemerintah mengungkapkan bahwa satu dari empat pria serta satu dari tujuh wanita Jepang tak menikah hingga usia 50 tahun. Kemudian, sebuah survei pada 2016 menunjukkan hampir 70 persen pria berusia 18 hingga 34 tahun tidak menikah. 60 persen wanita di kategori umur yang sama juga menjomblo.
Kekhawatiran pemerintah akan menurunnya populasi serta ketakutan para orangtua bahwa anak mereka akan hidup sendiri membuat industri perjodohan tumbuh subur. Bukan hanya dari sektor swasta, negara pun ikut serta mencarikan jodoh untuk warganya.
Seperti dilaporkan CNN, hampir semua pemerintah lokal di Jepang memiliki caranya sendiri untuk mendukung warga agar segera menikah. Pemerintah daerah Fukui adalah yang pertama memiliki layanan kencan online pada 2010. Selain Fukui, pemerintah daerah Hiroshima juga sukses mempertemukan 15 pasangan dalam setahun.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.