Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?

Berapa jumlah binatang untuk memproduksi satu mantel?

Pemakaian bulu hewan untuk industri fashion bukanlah barang baru. Banyak desainer kenamaan, dalam maupun luar negeri yang menjadikan bulu binatang sebagai bahan bakunya. Apalagi jika bukan supaya bisa tampil fashionable, mewah, dan stylish. Harganya yang fantastis membuat banyak selebriti dan orang berduit memilih mantel bulu karena dianggap bisa menaikkan status sosial mereka.

Baru-baru ini Syahrini juga panen kecaman warganet karena diduga mengenakan mantel yang terbuat dari bulu binatang. Meski banyak yang mengecam, namun ada juga yang belum tahu kisah pilu di balik pembuatan satu mantel bulu saja. Tahukah kamu bagaimana binatang diperlakukan sebelum akhirnya harus meregang nyawa?

1. Binatang apa saja dan berapa jumlahnya untuk memproduksi satu mantel?

Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?Photo by Marco Lastella on Unsplash

Ada banyak jenis binatang yang dijadikan bahan baku pembuatan mantel bulu. Hewan yang digunakan biasanya cerpelai, posum, rubah, kelinci, tupai, serigala, lynx, musang, rakun, berang-berang hingga anjing dan kucing. Dilansir dari Peta, ada 1 miliar kelinci per tahun yang dibunuh untuk memenuhi permintaan mantel bulu, lebih dari 50 miliar cerpelai, serta 2 miliar kucing dan anjing.

Lantas berapa jumlah hewan yang dibutuhkan untuk membuat satu mantel? Mengutip dari respectforanimals.org dan animalsaustralia.org, jumlah hewan yang dibutuhkan untuk memproduksi satu mantel tergantung dari ukuran binatang itu sendiri. Untuk gambaran kasarnya dibutuhkan 30-40 rakun, 60-70 musang kecil, 200-400 tupai, 15-20 anjing atau kucing, 8-12 lynx, 10-16 berang-berang, 30-40 kelinci, 10-20 rubah, 30-70 cerpelai, 30-40 kelinci, 6-12 seal, dan masih banyak lagi.

Biasanya cerpelai akan dibantai ketika baru berusia 5 bulan, sementara rubah pada usia 9 bulan, dan seal akan dieksekusi pada rentang usia 12 hari hingga 12 bulan. Setelah dikuliti, bulu-bulu hewan malang ini akan diberi bahan kimia beracun supaya tetap awet dan mencegah pembusukan ketika disimpan di lemari pakaian.

2. Banyak binatang yang diburu dan diambil dari alam liar

Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?Photo by Levi Saunders on Unsplash

Dilansir dari furfreealliance.com, jebakan yang dipasang untuk menangkap hewan ada banyak macamnya. Mulai dari leg hold traps (jebakan kaki), drowning sets (jebakan pemberat yang akan membuat hewan tenggelam), connibear traps (jebakan yang akan meremukkan tulang leher), trapping risks. Masih belum punya bayangan bagaimana cara kerja jebakan ini?

Jebakan biasanya akan mengenai kaki atau bagian tubuh dari binatang. Tidak bertujuan untuk membunuh hewan namun untuk melukai. Binatang yang terjebak akan didiamkan beberapa hari tanpa makan minum dan bisa juga terancam dari predator lain (karena biasanya pemburu akan datang mengecek perangkap dalam rentang waktu 1-14 hari).

Banyak binatang yang mencoba berbagai cara untuk bisa meloloskan diri dari jebakan. Menggigiti perangkap sampai gigi mereka terlepas, mematahkan tulang sendiri, hingga memutilasi bagian tubuh yang terjepit supaya bisa bebas. Pada akhirnya banyak binatang yang mati karena shock, hypothermia, kelaparan, dan kehabisan darah.

Baca juga: Jarang Didengar, Ternyata 5 Brand Tas Ini Buatan Indonesia Lho

3. Sebanyak 85% bahan baku bulu binatang diambil dari fur farm, peternakan yang khusus menangkarkan hewan-hewan yang akan diambil bulunya

Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?Photo by Adhi Taufik on Unsplash

Perburuan hewan liar bukan satu-satunya cara mendapatkan bulu binatang. Data mengerikan dari Peta menunjukkan bahwa bahan baku bulu binatang 85% didapat dari fur farm. Peternakan ini tersebar di beberapa negara seperti Denmark, Tiongkok, Belanda, Spanyol, Amerika, Rusia, Polandia, dan Finlandia. Hewan liar pun diternakkan untuk memenuhi permintaan pasar, seperti rubah, cerpelai, anjing, kucing, dan musang.

dm-player

Jangan berharap bahwa nasib hewan yang ada di peternakan lebih mujur ketimbang hewan yang dibunuh di alam liar. Mereka dipelihara selama 6-10 tahun lamanya, dan ditempatkan di kandang yang tak lebih besar dari tubuh mereka. Harus hidup di kandang kecil dan bercampur dengan urin dan feses menciptakan sanitasi yang sangat buruk.

Banyak hewan yang stress, agresif, terserang penyakit karena sistem imun yang menurun (tidak ada vaksin), berlaku kanibal dengan memakan sesamanya, hingga ada yang memilih untuk memutilasi dirinya sendiri.

Buruknya perlakuan kepada hewan di fur farm ini membuat banyak dari hewan yang buta, tuli, mandul, dan cacat. Perlakuan tak manusiawi tidak hanya sebatas pada ukuran kandang yang sangat sempit, namun juga penempatan kandang terbuka dimana mereka langsung terpapar panas menyengat dan udara dingin yang menusuk tulang.

4. Disetrum hingga dikuliti hidup-hidup, cara pembunuhan hewan ini di luar batas kengerian yang bisa dibayangkan

Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?Photo by O.C. Gonzalez on Unsplash

Penderitaan hewan ini tak berakhir begitu saja. Proses eksekusi mati juga tergolong sangat kejam. Proses yang digunakan untuk membunuh hewan malang ini adalah diracun dengan gas monoksida dan karbon dioksida, disetrum, hingga dihancurkan tulang lehernya. Rangkaian metode tersebut sengaja dilakukan supaya binatang yang mati tetap dalam kondisi tubuh dan bulu yang 'sempurna'.

Cara kematian ini juga diklaim terbaik karena hewan tak merasakan sakit. Faktanya, banyak hewan yang hanya lemas saja ketika dibunuh dengan gas beracun. Pada akhirnya, mereka akan dikuliti dalam keadaan masih hidup. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana sakitnya ketika kulit dipisahkan paksa dari tubuh sendiri?

Selain itu cara eksekusi dengan aliran listrik juga menyakitkan dan dianggap sebagai salah satu bentuk kekejaman terhadap hewan. Alat penjepit akan dipasangkan di bagian mulut, sementara batang logam akan dimasukkan di bagian anus sehingga listrik akan mengaliri tubuh hewan secara merata.

Dilansir dari Peta, hanya New York yang menganggap bahwa penyetruman pada binatang adalah cara ilegal, wilayah lain masih melegalkan metode ini.

5. Binatang punya hak hidup yang sama seperti manusia, setarakah pengorbanan nyawa mereka hanya demi kebutuhan fashion semata?

Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?Photo by Didi Medina on Unsplash

Sesungguhnya penggunaan bulu hewan itu bukanlah kebutuhan primer. Apakah alasannya karena udara dingin? Sudah ada banyak bahan sintetis lain yang bisa dijadikan bahan pengganti. Ataukah alasannya supaya bisa tetap tampil stylish? Desainer papan atas dunia seperti Stella McCartney, Todd Oldham, Giorgio Armani, Calvin Klein, Vivienne Westwood, Tommy Hilfiger, sudah mulai berkata tidak pada bahan baku bulu hewan dan produk mereka tetap fashionable dan laku keras.

Sekarang tanyakan pada hati nurani sendiri, sebegitu pentingkah pengorbanan nyawa hewan demi bisa memenuhi ego kita? Coba lihat infografis ini untuk tahu faktanya.

Kisah Pilu di Balik Pembuatan Mantel Bulu, Masih Mau Memakainya?IDN Times/Sukma Shakti

Haruskah mereka meregang nyawa hanya supaya manusia tetap tampil gaya? Jika kamu masih menggunakan produk berbahan dasar bulu hewan, maka kamu juga ikut berkontribusi ke dalam rantai kekejaman terhadap binatang.

Baca juga: Tanpa Tubuh Seksi, Lara Croft Sukses Tunjukkan Sisi Tangguh Perempuan

Topik:

Berita Terkini Lainnya